Nuklir Iran "Berdiplomasi" dengan Amerika Latin

Rabu, 02 Juni 2010 08.02 By diplomasi senin 1245

NAMA : Yudistira Dwi Nugroho
NIM : 209000218
Prodi: Hubungan Internasional
Mata Kuliah : Pengantar Diplomasi

Pendahuluan

Pengembangan nuklir Iran yang telah berjalan kurang lebih hampir satu dekade belakangan ini mendapat respons yang beragam dari masyarakat dunia. Amerika Serikat memandang bahwa negara Iran akan menjadi sumber ancaman baru karena pengembangan nuklirnya, namun Iran sendiri membantah bahwa pengembangan nuklirnya itu untuk mengkonfrontasi negara-negara yang ada di dunia. Perdebatan panjang ini banyak menghasilkan hasil yang sangat menuduh bahwa Iran adalah salah satu negara di Timur Tengah yang patut diwaspadai karena mungkin saja sewaktu-waktu bisa menimbulkan ancaman lewat pengembangan atom uranium tersebut. Tuduhan-tuduhan yang dilancarkan kepada Iran oleh Amerika Serikat membuat Iran berpikir untuk meyakinkan publik dunia bahwasanya atom-atom uranium yang dikembangkan adalah untuk tujuan membangun negaranya sendiri dan menjadi komoditas negaranya yang nantinya akan diperdagangkan secara legal antar negara.

Dalam misinya untuk memajukan pengembangan nuklir yang telah berjalan kurang lebih satu dekade ini, Ahmadinejad mempunyai cara khusus yang nantinya bisa menguntungkan beberapa kawan koalisinya dalam membangun jembatan diplomasi untuk meyakinkan negara-negara di dunia untuk mempunyai kesepahaman bahwa nuklir Iran semata-mata hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, namun bukan untuk nuklir ofensif, seperti yang ditakutkan oleh negara-negara barat. Respons negatif barat yang terus menekan Iran untuk menutup pengembangan nuklirnya, berbalik menjadi motivasi Ahmadinejad untuk menarik negara-negara lain yang sepaham dengan negaranya.

Negara-negara Amerika Latin, menurut Ahmadinejad dinilai bisa menjadi mitra yang cocok menjadi mitra koalisi sebagai pendukung pengembangan nuklir Iran. Kita tahu sendiri, bahwa negara-negara di Amerika Latin mayoritas bertolak belakang dengan Amerika Serikat, dari aspek ideologi politik, ekonomi, sosial, militer, maupun kebudayaannya. Ahmadinejad menilai ini adalah nilai plus yang bisa diambil oleh Iran sebagai sebuah dukungan tersendiri untuk melawan “power” dari Amerika Serikat itu sendiri .
Apa yang membuat negara-negara Amerika Latin mendukung pengembangan nuklir Iran yang sangat dibenci oleh Amerika Serikat?

Venezuela mempunyai dendam tersendiri terhadap Amerika Serikat karena intervensi yang dilakukan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintahan Hugo Chavez. Bolivia mengutuk keras pengeksploitasian besar-besaran sektor ekonomi yang dilancarkan kapitalis Amerika Serikat untuk mem-privatisasi kekayaan alam mereka. Brazil dan Argentina juga mendukung pengembangan nuklir ini.
Ditinjau dari psikologi politik, musuh dari teman saya adalah musuh, kawan dari teman saya tetaplah kawan, mengingatkan bahwa kejadian pendukungan Amerika Latin terhadap Iran, merupakan salah satu pembangunan “power” untuk meredam kekuatan Amerika Serikat. Dimana Amerika Serikat menjadi ”musuh” bersama bagi Amerika latin dan Iran.

Disini kita bisa melihat, bahwa kekuatan diplomasi antar negara bisa timbul dari persamaan nasib dan ideologi suatu negara. Hubungan bilateral antara Iran dan banyak negara Amerika Latin adalah satu dari sekian banyak contoh diplomasi yang motivasinya untuk membangun kekuatan untuk meredam otoritas unipolar yang ada di dunia.



Kerangka Teori

Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Diplomasi berawal dari bahasa Yunani "diploma" untuk menyebut sebuah lembaran yang menandakan bahwa orang yang memegang lembaran tersebut merupakan orang yang dipercaya dalam hal tertentu. Dalam bahasa Inggris kata diplomasi diperkenalkan oleh Edmund Burke tahun 1796, yang diambil dari bahasa Perancis, "diplomatie".

Menurut Wakil Presiden Muhammad Hatta, dalam sebuah pidato radio di Jakarta, tanggal 15 Desember 1945, ( 4 bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI), beliau menyampaikan pendapatnya mengenai diplomasi. Menurut beliau, “diplomasi adalah muslihat yang bijaksana dengan perundingan untuk mencapai cita-cita bangsa. Diplomasi adalah tindakan politik internasional. Tetapi nyatalah, untuk mencapai hasil yang sebaiknya dengan jalan diplomasi, perlu ada gerakan yang kuat dalam negeri yang menjadi sendi tindakan diplomasi itu. Jadinya tenaga perjuangan rakyat yang kuat perlu sekali untuk menyokong usaha diplomasi yang dijalankan pemerintah.Diplomasi yang tidak disokong oleh tenaga perjuangan yang kuat tidak akan berhasil. Kalau kita salah memakai tenaga perjuangan rakyat, kalau kita tak pandai mempergunakannya dengan jalan yang rasional, diplomasi itu mungkin kandas, jalan menuju cita-cita jadi kabur dan gelap. Dan mungkin bertambah panjang. Sebab itu, politik luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah mestilah sejalan dengan politik dalam negeri. Seluruh rakyat harus berdiri tegapnya dan rapatnya di belakang pemerintah Republik Indonesia. Persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dari diplomasi yang dijalankannya.”

Diplomasi adalah perilaku dalam hubungan internasional yang dilakukan dengan negosiasi, dan dengan cara-cara damai lainnya. Diplomasi juga berarti sebuah aktivitas yang diregulasikan oleh kebiasaan dan hukum, dan fleksibilitas merupakan bentuk utamanya. Diplomasi juga suatu kegiatan yang dijalankan oleh para profesional walaupun sekarang dapat dikatakan para non-profesional juga mempunyai peran penting di dalamnya. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. Bentuk diplomasi yang paling tua adalah diploamsi bilateral. Ketika kita bicara tentang ”hubungan diplomatik”, ada prinsip-prinsip dalam menjalankan apa yang kita inginkan melalui komunikasi melalui perwakilan resmi. Perwakilan ini biasanya ditempatkan di suatu kantor perwakilan tetap.
Biasanya, orang menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata yang halus. Aturan-aturan dalam berdiplomasi diatur dalam Vienna Convention 1961. Dari berbagai batasan dan uraian tentang politik luar negeri dan diplomasi diatas, dapat disimpulkan bahwa diplomasi adalah instrumen utama untuk pelaksanaan politik/kebijakan luar negeri. Diplomasi dapat juga diformulasikan sebagai pengelolaan hubungan dengan negara lain, baik dalam keadaan damai maupun dalam situasi perang.

Selama beberapa dekade belakangan ini telah terjadi berbagai perkembangan mendasar dalam hubungan antar negara yang membawa dampak juga terhadap etika diplomasi dan negosiasi. Diantara perkembangan tersebut ialah:
1. Proses globalisasi yang secara universal melipatgandakan keterkaitan (linkages) dan hubungan-hubungan (interconnections) melampaui batas-batas negara serta melibatkan peningkatan secara dramatis interdependensi di bidang ekonomi, ekologi dan kemasyarakatan baik dalam jumlah, luas maupun dalam cakupannya.
2. Kemajuan teknologi komunikasi yang memungkinkan hubungan langsung antara kepala negara dan antara pejabat-pejabat tinggi lain dari ibu-kota masing-masing. Juga pengiriman delegasi untuk negosiasi langsung dari negara yang bersangkutan guna merundingkan issue-issue yang spesifik.
3. Makin banyak negara yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi. Pada gilirannya, demokrasi mendorong timbulnya perkembangan lanjutan, seperti:
A. Keterbukaan. Masyarakat ingin mengetahui kiprah diplomasi dan apa yang dilakukan para pelaksana diplomasi
B. Timbulnya berbagai non-state actors (NSA)
C. Lahirnya first track dan second tract diplomacy yang kemudian berkembang lagi menjadi multi track diplomacy
D. Tidak populernya lagi secret diplomatic negotiations.
4. Merebaknya multilateral dan conference diplomacy yang memakai parliamentary procedures.

Ada banyak jenis diplomasi, mulai dari diplomasi bilateral, diplomasi multilateral, diplomasi publik, hingga diplomasi kerakyatan. Diplomasi kerakyatan adalah tipe diplomasi yang dianut oleh Iran di bawah kepemimpinan Ahmadinejad. Diplomasi kerakyatan adalah diplomasi yang bersandar pada rakyat dan memobilisasi semua potensi yang ada di negeri terkait untuk mencapai tujuan diplomasi. Tipe diplomasi kerakyatan ini bisa juga dimaksukkan ke kategori multi track diplomacy karena diplomasi ini memadukan dua hal yaitu diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah dan juga diplomasi yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya (citizen).


Perumusan MAsalah

1. Apakah kesamaan atau perbedaan Ideologi bisa mempengaruhi Hubungan Diplomatik suatu negara ?

2. Apa penyebabnya Iran tetap bersikeras untuk meneruskan Projek Nuklirnya dan menolak untuk mempunyai hubungan Diplomatik dengan Amerika Serikat

Pembahasan

Ideologi dan Diplomasi

Fenomena yang terjadi di dunia internasional seperti yang terjadi pada Iran dan Amerika Latin serta Amerika Serikat yang menjadi musuh bersama merupakan hal yang cukup kompleks jika kita menginginkan mencari asal-muasal penyebab terjadinya sebuah konflik.

Konflik pengembangan nuklir Iran ini menuai berbagai Protes dari kalangan internasional. Akan tetapi kenapa Iran masih bersikeras ingin mengembangkan projek nuklirnya meski mendapat kecaman keras dari dunia internasional ? Berdasarkan film dokumenter yang pernah saya kaji di National Geographic Channel, penyebab Iran bersikeras mengembangkan projek nuklirnya dikarenakan kisah mengenai Vanuu, yaitu seorang yahudi dari negara Israel yang bekerja sebagai jurnalis di yunani yang membocorkan rahasia Israel yang mempunyai tempat persembunyian untuk mengembangkan nuklir. Arsenal nuklir tersebut di bongkar keberadaannya oleh Vanunu dan Vanunu pun telah di tuduh sebagai pengkhianat Israel dan Yahudi . Akan tetapi hal tersebut membuat acuan bagi Iran untuk mengembangkan Nuklir di Timur Tengah. Iran merasa ketidakadilan ini harus segera diatasi dengan cara merespon fenomena tersebut dengan membuat projek pengembangan nuklir. Bagaimana bisa, ketika Amerika menyerukan kepada negara-negara di dunia ini untuk tidak mengembangkan nuklir, akan tetapi Israel justru mengembangkan Nuklir. Hal ini sudah pasti kalau Israel merupakan anak kesayangan dari Amerika Serikat yang diberi keleluasaan untuk mengembangkan nuklirnya. Dan Iran menjadikan momen ini untuk menantang Amerika dengan mengembangkan nuklirnya. Iran berusaha menjadikan ancaman besar bagi Amerika. Akan tetapi Iran pun membutuhkan bantuan dari negara lain yang mempunyai kesamaan ideologi ataupun tujuan.

Amerika Latin, mungkin menjadi negara tujuan untuk memulai sebuah hubungan diplomatik yang bagus untuk kepentingan Iran. Secara ideologi mungkin Iran berbeda dengan negara-negara Amerika Latin, seperti Venezuela, Bolivia yang sedikit menentang kebijakan Amerika. Akan tetapi antara Iran dan negara-negara amerika Latin tersebut mempunyai kesamaan kepentingan dan bisa dibilang juga mempunyai common enemy.

Ada banyak statement yang mengatakan rakyat Iran dan Venezuela adalah satu nasib, kutipan dari salah satu situs pergerakan Venezuela berbunyi seperti ini,

”Revolusi di Iran akan menjadi percikan revolusi di Timur Tengah, seperti halnya Revolusi Venezuela telah memercikkan revolusi di Amerika Latin. Bersama-sama, Venezuela dan Iran, Amerika Latin dan Timur Tengah, dapat menjadi titik tolak revolusi untuk sosialisme sedunia”

Bisa kita lihat di atas, bahwa persamaan ideologi dan kesamaan nasib bisa menjadi kekuatan tersendiri untuk bersatu. Hal inilah yang digunakan oleh Ahmadinejad dengan Diplomasi Kerakyatan antara Venezuela dan Iran. Multi-track Diplomacy sangat berjalan dengan lancar. Parlemen merancang aturan-aturan formal di tingkatan bilateral. Rakyat bersatu dengan psikologis yang sama.

Keinginan Iran untuk mempertahankan pengembangan nuklirnya membuat Amerika sedikit kesal dan membuat Iran menjadi sebuah ancaman baru bagi Amerika. Mungkin Iran sudah merasa kecewa dengan peristiwa pengembangan nuklir Israel yang dibelakangi oleh Amerika. Untuk itu Iran merasa kalau mengembangkan nuklirnya adalah sebuah bentuk pembalasan untuk ketidakadilan Amerika. Iran pun juga menolak untuk mempunyai sebuah hubungan diplomasi dengan Amerika karena kekecewaan tersebut. Terlebih lagi dengan pemerintahan Ahmadinejad yang sekarang ini sangat menentang kebijakan Amerika. Antara Ahmadinejad dan Hugo Chavez mempunyai kesamaan dalam menentang kebijakan Amerika. Dan mungkin inilah yang menjadi landasan untuk kerjasama diplomatik keduanya.

Penutup

Diplomasi antara Amerika Latin dan Iran telah memperlihatkan kepada kita bagaimana suatu negara mampu bekerjasama dengan ideal dengan satu tujuan yang sama. Hubungan Amerika Serikat dengan Iran pun saya rasa tidak bisa membaik karena faktor dari pada pemimpin yang memimpin Iran. Begitu juga negara Amerika Latin seperti Venezuela, Bolivia yang memang tidak pernah setuju dengan jalan kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat.

Perihal Nuklir ini memang sangat sulit untuk diselesaikan terlebih lagi dengan kecurangan yang telah dilakukan oleh Amerika terhadap negara bonekanya yaitu Israel dengan memperbolehkan Israel untuk mengembangkan nuklirnya di Timur Tengah membuat Iran merasa ketidakadilan ini harus segera di respon, maka Iran pun turut mengembangkan projek nuklir dan mengabaikan kecaman Amerika untuk menghentikan pengembangan nuklir tersebut. Dunia internasional juga banyak yang mengecam tindakan iran yang tidak mematuhi peraturan PBB akan pengembangan Nuklir bagi negara-negara selain dewan keamanan tetap PBB. Tapi, mungkin dari sudut pandang Iran pun, hal seperti itu tidak berpengaruh sama sekali bagi Iran. Hal tersebut merupakan sebuah permainan saja dari dewan keamanan tetap untuk menancapkan hegemoninya terhadap negara-negara lain di dunia internasional.

Menurut saya, tindakan Iran ini sangat benar, karena bagaimana pun juga segala bentuk ketidakadilan harus di respon dengan menentang segala bentuk hegemoni yang dilakukan oleh siapapun. Menurut saya, memang benar kalo PBB hanyalah sebuah alat yang digunakan Dewan Keamanan Tetap PBB untuk menghegemoni dunia ini dengan semua ketidakadilan yang di ciptakan.


KESIMPULAN

Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Diplomasi merupakan satu bentuk wajib dari adanya hubungan internasional. Diplomasi tidak dapat dipungkiri manfaatnya karena diplomasi merupakan ujung tombak pencapaian national interest suatu negara. Setiap negara memiliki strategi tersendiri untuk mendapatkan national interestnya. Jika diplomasi yang dilancarkan sukses maka akan sukses pula pencapaian national interest suatu negara.

Hal inilah yang diyakini oleh Iran. Iran merupakan negara yang sedang mengalami krisis nuklir terhadap hegemoni dunia, Amerika Serikat. Karena yang dihadapi adalah negara kuat dan memiliki pengaruh, Iran tidak dapat bergerak sendiri, Iran butuh negara lain yang mendukungnya sekaligus mementahkan semua fitnah yang dilancarkan AS. Lalu cara yang Iran terapkan untuk mendapatkan dukungan Internasional ini adalah melalui diplomasi kerakyatan. Dan diplomasi yang Iran terapkan ini cukup berhasil.

Endnote

Daftar Pustaka

Buku :

Berridge, G.R, Diplomacy; Theory and Practice (Great Britain: Prentice Hall, 1995) hlm. 1.

Diamond, Louise dan John McDonald, Multi Track Diplomacy; A System Approach to Peace ( USA: Kumarian Press, Inc.,2006)hlm. 4.

Romli, Cecep dan Ito, ed., “Ahmadinejad; The Nuclear Savior of Tehran” Sang Nuklir Membidas Hegemoni AS dan Zionis ( Depok: Pustaka Iman, 2006) hlm. 267.


Media Elektronik & Internet
1. MicrosoftEncartaPremium 2009
2. www.voanews.com
3. www.ismes.net
4. www.hi.fisip-unej.com
5. www.iranembassy.or.id
6. www.pikiran-rakyat.com
7. www.indonesian.irib.ir
8. http://indonesia.handsoffvenezuela.org

2 komentar:

Travelling Through Times mengatakan...

Minim analisa dalam pembahasabn. Fokus pembahasan kabus dari esensi dinamika proses diplomasi dalam konteks nuklir Irann. Kurang dari 2000 kata?

10 Juni 2010 pukul 01.27

Posting Komentar