Metode-Metode Ahmadinejad Dalam Memperjuangkan Nuklir Iran di Kancah Internasional

Rabu, 02 Juni 2010 05.12 By diplomasi senin 1245

Nama : Rizky Agrasyah Putra
NIM : 209000201


BAB I
SEJARAH NUKLIR IRAN

Sejarah nuklir Iran adalah lebih tua dari pemerintahan Islam sekarang. Diawali pada pertengahan 1970-an, ketika Pemerintahan Shah mengumumkan rencana untuk membeli beberapa reaktor nuklir dari Jerman, Perancis dan AS untuk membangkitkan listrik. Dengan izin yang didapatkan dari Washington , pemerintahan Shah memberikan kontrak pada sebuah anak perusahaan Jerman Siemens untuk membangun dua reaktor-1.200 megawatt di Bushehr.
Pada waktu itu, AS menyarankan Iran untuk mengembangkan basis energi non-nuklirnya. Sebuah studi oleh Stanford Research Institute menyimpulkan bahwa Iran akan memerlukan, hingga tahun 1990, suatu kapasitas listrik sekitar 20.000 megawatt. Kader pertama para insinyur nuklir Iran dilatih di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Dengan memahami kebutuhan energi Iran , draft akhir Persetujuan Energi Nuklir Iran -AS ditandatangani pada Juli 1978 beberapa bulan sebelum revolusi Islam terjadi. Persetujuan tersebut antara lain mengatur ekspor bahan dan teknologi nuklir Amerika serta membantu dalam ekplorasi sumber-sumber uranium Iran.
Kebutuhan listrik Iran saat ini adalah lebih besar daripada yang diramalkan. Dengan pertumbuhan kebutuhan listrik tahunan rata-rata 6 persen hingga 8 persen dan dengan populasi ditaksir akan mencapai 100 juta jiwa pada 2025, Iran tidak dapat menyandarkan diri semata-mata pada minyak dan gas. Penuaan industri minyak, penolakan investasi asing substansial sebagian besar karena sanksi Amerika, tidak dapat lagi mencapai tingkatan produksi pra-revolusi sebesar 5,5 juta barrel per hari. Dari 60 ladang minyak utama Iran, 57 perlu perbaikan, peningkatan dan penekanan kembali, yang akan memerlukan US $ 40 milyar selama 15 tahun. Level produksi Iran sekarang 3,5 juta barrel per hari adalah dipacu secara meningkat ke arah konsumsi domestik, yang telah tumbuh lebih dari 280 persen sejak 1979. Jika trend ini terus berlanjut, Iran akan menjadi sebuah negara pengimpor minyak total pada 2010, suatu bencana bagi sebuah negara yang menyandarkan diri pada minyak untuk 80 persen mata uang asingnya dan 50 persen anggaran belanja tahunannya.
Para penentang program nuklir Iran berargumentasi bahwa Iran seharusnya dapat memilih proses pembangkitan listrik yang efisien dan ekonomis dengan pembangkit berbahan bakar gas alam. Argumentasi demikian tampaknya juga tidak valid. Sebuah studi terbaru oleh dua profesor MIT menunjukkan bahwa biaya menghasilkan listrik dari gas (dan minyak) adalah kurang lebih sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan reaktor nuklir—dengan belum menyebut efek buruk emisi karbon atau perlunya menghemat cadangan gas Iran untuk menempatkan Iran dalam kurun 20 atau 30 tahun sebagai salah satu pemasok utama gas ke Eropa dan Asia.
Mengapa Iran harus menghabiskan sumber-sumber minyak dan gasnya yang tidak terbarukan ketika ia dapat, sama seperti negara-negara kaya energi seperti AS dan Rusia, memilih energi nuklir yang dapat terbarukan? Memang, reaktor nuklir tentu saja memiliki kompleksitasnya sendiri, dan mereka tidak dapat menyelesaikan untuk seluruhnya kronis kekurangan listrik Iran . Namun mereka telah menghadirkan suatu langkah pertama paling penting dalam penganekaragaman sumber energi Iran , yang akan menghemat cadangan energi untuk jangka panjang.
Karena ketakutannya Amerika Serikat akan bom nuklir Iran yang padahal sebenarnya Iran mengembangkan energy nuklirnya itu untuk cadangan energi dalam jangka waktu panjang dan hanya untuk keperluan sipil, Amerika Serikat dan sekutunya ingin mencegah Iran untuk mengembangkan energy nuklirnya, dan mencari energi selain energy nuklir. Iran sebenarnya mempunyai hak yang sah untuk mengembangkan energi nuklirnya untuk kepentingan sipil, tetapi Amerika Serikat dan sekutunya takut Iran menyalahgunakan energi nuklir tersebut karena Iran kaya akan uraniumnya yang dapat dikembangkan untuk menjadi bom nuklir yang sangat membahayakan perdamaian dunia.
Tampaknya perlu langkah-langkah korektif yang lebih bijaksana melalui kerja sama teknis sebagai ketransparanan penuh atas program nuklirnya seperti proposal terbaru, ketimbang pendekatan kaku dunia Barat, khususnya Amerika Serikat, yang menginginkan kegagalan menyeluruh mengenai kemampuan nuklir Iran, dan terhadap keamanan suplai energi Iran itu sendiri yang rupanya Iran juga perlu energi nuklir pada akhirnya.
Dalam tulisan ilmiah ini penulis akan membahas metode-metode diplomasinya Ahmad Dinejad dalam memperjuangkan energi nuklirnya di kancah internasional agar pandangan internasional bahwa energy nuklir ini tidak membahayakan perdamaian dunia tetapi akan memberikan jalan keluar baru untuk memenuhi kebutuhan akan energi di dunia dalam jangka waktu yang panjang.


BAB II
METODE DIPLOMASI AHMAD DINEJAD DALAM MEMPERJUANGKAN NUKLIR IRAN DI KANCAH INTERNASIONAL

A.Sifat Ahmad Dinejad terhadap Reaksi barat yang Mengecam Pengembangan Nuklir Iran
Dalam hal ini Iran yang memperjuangkan pengembangan energi nuklirnya, tidak semudah membalikkan telapak tangan, pemerintahan Iran harus memutar otaknya dan melakukan diplomasi-diplomasi terhadap negara-negara barat atau dengan negara-negara yang mendukungnya agar proses pengembangan nuklirnya tidak terlalu mendapatkan kecaman atau reaksi yang begitu besar dari dunia internasional walaupun beberapa negara seperti Amerika Serikat ingin sekali Iran menghentikan proses pengembangan energi nuklirnya.
Dengan adanya pertemuan KTT D-8 yang diadakan di bali kemarin yang juga membahas isu menarik tentang proses pengembangan nuklir iran, Tidak salah jika Iran memanfaatkan pertemuan D-8 yang notabenenya adalah negara-negara muslim yang berkembang untuk mencari dukungan.
Pemerintahan Iran yang dipimpin oleh Ahmad Dnejad sebagai presidennya sangat memanfaatkan pertemuan ini untuk mencari dukungan terhadap proses pengembangan nuklirnya, Ahmad Dinejad mengatakan bahwa “teknologi nuklir bagi penyediaan listrik merupakan teknologi yang paling canggih di antara teknologi penyediaan energi listrik lainnya yang merupakan gabungan semua ilmu dari matematika, fisika, kimia, metalurgi, hingga mekanika. Menurut dia, setiap bangsa mempunyai hak untuk memilih teknologi mana yang sesuai dengan negaranya serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi apa pun sepanjang untuk kepentingan damai. Yang diperjuangkan Iran sekarang merupakan sebuah perjuangan akan adanya keadilan dalam menggunakan hak-haknya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan yang bukan hanya milik suatu negara.” .
Dalam pertemuan itu presiden Iran yaitu Ahmad Dinejad memanfaatkan dengan cara diplomasinya yang khas dan keras agar negara-negara yang ikut dalam pertemuan tersebut terbuka matanya dan menjadi mendukung Iran sebgai kebebasan negara dalam hal menentukan teknologi yang pas untuk pembangkit energi dalam jangka panjang, dan akhirnya hal itu menjadi tidak sia-sia negara-negara muslim berkembang yang disitu termasuk Indonesia mulai mendukung terhadap proses pengembangan energi nuklir Iran,walaupun ini tidak akan merubah keputusan Amerika Serikat dengan Israel untuk tetap ingin menghentikan proses pengembangan energi nuklir Iran, tetapi ini merupakan awal langkah yang baik bagi Iran karena sudah mendapatkan dukungan terhadap pengembangan energi nuklirnya.
Ahmad Dinejad melakukan diplomasi-diplomasinya dengan sangat cerdik dan keras tidak mudah terpengaruh terhadap ancaman dari negara-negara barat seperti Amerika Serikat yang menginginkan proses pengembangan nuklir Iran dihentikan. Seorang diplomat Iran mengatakan pada kantor berita Iran,IRNA, bahwa negara barat harus menghadapi fakta bahwa Iran saat ini telah menjadi negara nuklir, dalam wawancaranya dengan diplomat itu menilai “kebijakan terbaru Washington terhadap Teheran, termasuk usahanya untuk mengompori Iranfobia dan meningkatkan pemberlakuan sanksi terhadap negara tersebut tidak bakal bermanfaat bagi AS.”
Dari sikap-sikap yang diperlihatkan oleh pemerintahan Iran yang diawali oleh sikap Ahmad Dinejad yang keras sudah telihat bahwa Iran tidak takut dikenakan sanksi oleh negara barat bahkan PBB, dengan sikap seperti itu Ahmad Dinejad telah menaikan derajat Iran di kancah internasional yang dapat menguntungkan Iran sendiri.
B. Iran Sambut Dokumen Akhir Konferensi Revisi NPT
Wakil tetap Republik Islam Iran di Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ali Asghar Soltanieh mengatakan, “dokumen akhir konferensi revisi Traktat Non-roliferasi Nuklir (NPT) merupakan langkah maju untuk menciptakan dunia yang bebas dari senjata pembunuh missal”.
Seperti dilaporkan IRNA, Soltanieh saat mereaksi perilisan dokumen akhir konferensi New York menambahkan, negara-negara anggota Gerakan Non-blok (GNB) menuntut penentuan batas waktu bagi perlucutan senjata nuklir, namun tuntutan itu ditentang oleh negara-negara nuklir dunia. Menjawab pertanyaan soal protes pejabat Amerika Serikat (AS) terhadap Iran di hari terakhir konferensi New York, Soltanieh mengatakan, sikap itu tersebut malah membuat AS kian terkucil, karena isu nuklir Iran berkaitan dengan IAEA.
Ia menambahkan, meski ada upaya keras dari Amerika Serikat, nama Iran tidak akan tercantum dalam dokumen tersebut. Berbeda dengan kondisi Rezim Zionis Israel, nama rezim ilegal ini dengan nyata tercantum dalam dokumen konferensi NPT yang menuntut Tel Aviv bergabung dengan traktat (NPT).

C. Program Nuklir Iran Diadukan ke Dewan Keamanan PBB
Badan pengawas nuklir PBB dalam pemungutan suara di Vienna, akhirnya memutuskan untuk mengadukan Iran ke Dewan Keamanan (DK) PBB soal kekhawatiran negara itu akan mengembangkan senjata nuklir.
Sementara itu dari Iran muncul upaya pembalasan dengan menyatakan bahwa negara itu akan memulai pengayaan uranium skala penuh dan akan membatasi inspeksi PBB terhadap program nuklir Iran.
Tetapi Amerika Serikat mengungkapkan rasa puas dengan resolusi yang dikeluarkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tersebut yang membuka peluang untuk memberi sanksi terhadap Iran.
Dilakukan pemungutan suara atas program pengembangan nuklir Iran oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan hasilnya pun mayoritas dari pungutan suar tersebut adalah kontra terhadap program nuklir Iran, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Sean McCormack kepada kantor berita Perancis AFP, "Hasil pemungutan suara hari ini mengirimkan pesan yang jelas dan tidak bisa disangkal kepada Iran bahwa mereka harus mematuhi kewajiban internasionalnya dan harus mengindahkan permintaan komunitas internasional,"
Resolusi yang meminta Iran untuk membatalkan segala upaya pengayaan dan bekerjasama secara penuh dengan penyelidik IAEA diluluskan dengan suara 27 - 3, dengan lima suara abstain. Duta besar Amerika Serikat pada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang berbasis di Vienna itu menggambarkan hasil pemungutan suara itu sebagai "mayoritas besar".
Resolusi itu semula menunda segala bentuk tindakan PBB terhadap Iran untuk paling lama sebulan, untuk memberi waktu bagi upaya diplomasi hingga pertemuan IAEA berikutnya pada Maret 2006. Tetapi pada detik-detik terakhir teks resolusi diubah menjadi memerintahkan IAEA untuk segera setelah pertemuan IAEA pada 6 Maret untuk menyerahkan evaluasi dan laporan soal nuklir Iran kepada Dewan Keamanan PBB oleh Ketua IAEA Mohamed ElBaradei.
Pengaduan itu akan mempermudah DK PBB untuk mengambil tindakan yang diperkirakan yang pertama adalah mengeluarkan pernyataan yang mendesak Iran untuk bekerjasama, dan kemungkinan pemberian sanksi merupakan tindakan berikutnya. Schulte mengatakan tujuannya adalah untuk "memilih cara kerja sama dan negosiasi daripada cara konfrontasi", dan bukan untuk menghukum Iran.
IAEA telah menyelidiki Iran selama tiga tahun atas tuduhan AS bahwa negara itu menyembunyikan program pengembangan senjata nuklir tetapi tidak pernah mencapai kesimpulan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Mikhail Kamynin mengatakan: "Kami mendesak Iran untuk menanggapi secara konstruktif permintaan dewan pelaksana IAEA untuk bekerjasama penuh untuk mengatasi permasalahan tersebut" termasuk dengan "membuat moratorium baru atas kegiatan terkait dengan pengayaan uranium".
Kegiatan pengayaan merupakan upaya untuk menghasilkan bahan bakar yang bisa digunakan untuk reaktor pembangkit nuklir tetapi juga untuk keperluan bahan bom atom. Rusia telah berupaya mempertahankan hubungan dekat dengan Teheran dan telah membangun stasiun pembangkit nuklir Iran pertama di Bushehr.
Duta besar China Wu Hailong mengatakan “negaranya tidak melihat bahwa resolusi itu memberi peluang kepada PBB untuk memberi hukuman” , tetapi Schulte mengatakan “resolusi itu akan disatukan dengan resolusi September IAEA yang menyatakan bahwa Iran tidak bersedia tunduk atas aktivitas nuklir terselubung selama hampir dua decade” , sebuah temuan yang memerlukan laporan terbaru kepada Dewan Keamanan PBB.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan di Munich bahwa “Iran telah melewati batas dengan program nuklirnya. Tetapi pemerintahan kami harus melaksanakan pengayaan skala penuh” , Javad Vaidi, anggota dewan keamanan nasional tertinggi Iran kepada wartawan di Vienna dengan mengatakan bahwa parlemen Iran telah meluluskan undang-undang yang diperlukan untuk melakukan pengayaan apabila keputusan sebaliknya diambil.
Iran siap untuk melaporkan keputusannya kepada IAEA untuk memulai kegiatan pengayaan dan membatasi penyelidikan, kata seorang pejabat senior Iran kepada AFP. Pemungutan suara badan pelaksana IAEA beranggotakan 35 negara itu diundur dari jadwal semula pada hari Jumat ketika Mesir berkeras menambah kalimat yang menekankan bahwa Israel harus menghentikan dugaan program senjata nuklir.
Amerika Serikat akhirnya menyetujui penambahan kalimat yang meminta agar kawasan Timur Tengah bebas dari senjata pemusnah massal tidak hanya bebas dari senjata nuklir, yang semula hanya ditujukan kepada Israel, kata seorang diplomat Amerika Serikat terhadap kantor berita Al-Jazair.
Kuba, Suriah dan Venezuela, ketiganya berselisih dengan Amerika Serikat, memilih melawan resolusi itu, sementara Aljajair, Belarus, Indonesia, Libya, dan Afrika Selatan, menyatakan abstain. Negara anggota kunci Gerakan Non-Blok seperti Brasil, Mesir dan India setuju dengan resolusi itu. Sementara itu lima anggota tetap DK PBB, Inggris, China, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat, dan Jerman merupakan negara yang sangat menginginkan resolusi yang mengadukan Iran ke DK PBB.
Moskow berharap krisis itu dapat diselesaikan tanpa sanksi dari DK PBB dan pihaknya mengajukan proposal kompromi dengan melaksanakan pengayaan uranium Iran di Rusia sehingga Iran tidak menguasai teknologi yang disebut-sebut sebagai batu loncatan untuk mengembangkan senjata nuklir. Tetapi Vaidi mengatakan kepada televisi nasional Iran “bahwa pihaknya tidak mempertimbagkan proposal Rusia itu” .
Tetapi walaupun dengan tekanan yang begitu kerasnya dari Amerika Serikat dan Israel, preside Iran yaitu Ahmad Dinejad tetap pada pendiriannya untuk tetap melanjutkan keinginannya untuk mengembangkan program nuklir Iran demi kepentingan kemakmuran rakyatnya, Ahmad Dinejad berpikir, apabila Amerika Serikat dan Israel bisa menentang keputusan PBB mengapa Iran tidak yang sudah jelas bahwa program pengembangan energy nuklirnya itu untuk kepentingan sipil dan kesejahteraan rakyat Iran.


BAB III
PENUTUP

Mahmoud Ahmadinejad lahir 28 Oktober 1956 adalah Presiden Iran yang keenam. Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005. Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang mempunyai pandangan Islamis.
Lahir di desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 100 km dari Teheran, sebagai putra seorang pandai besi, keluarganya pindah ke Teheran saat dia berusia satu tahun. Dia lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.
Pada tahun 1980, dia adalah ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran. Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.
Ahmadinejad diketahui pernah bertengkar dengan Presiden Mohammad Khatami, yang lalu melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri, suatu hak yang biasa diberikan kepada para walikota Teheran. Dia telah mengkritik Khatami di depan umum, menuduhnya tidak mengetahui masalah-masalah sehari-hari warga Iran.
Ahmadinejad memberi salam hormat kepada Ayatollah Khamenei setelah dua tahun sebagai walikota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan Ahmadinejad sedang berjalan menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah dapat dibuktikan.
Ahmadinejad merupakan sosok pemimpin yang patut di contoh oleh pemimpin-pemimpin negara yang lainnya, Karena Ahmadinejad tidak mudah di pengaruhi oleh pengaruh Amerika Serikat dan Israel, ia pemimpin yang tidak takut akan adanya ancaman dari dunia barat, sangat menjunjung tinggi kebebasan dan kemakmuran bagi rakyat Iran, Ahmadinejad juga merupakan sosok pemimpin yang sangat taat Beragama yang tidak semua pemimpin seperti itu, sosok pemimpin yang sangat jujur yang jarang dimiliki oleh pemimpin lain.
Dalam kasus pengembangan program nuklir Iran Ahmadinejad bersikap sesuai hak yang semestinya didapatkan oleh rakyat Iran, dan tidak mudah dipengaruhi oleh Amerika Serikat dan Israel, dalam praktek diplomasinya Ahmadinejad sangatlah cerdik namun tidak lembut terhadap dunia barat, yang membuat Iran sampai sekarang tetap mengembangkan program nuklirnya walaupun terdapat kecaman oleh dunia barat seperti Amerika Serikat dan Israel. Dalam proses praktek diplomasinya Ahmadinejad mempunyai taktik dan strategi yang tidak semua pemimpin mempunyai skill itu dimana negara barat sampai kewalahan menangani Iran dalam pengembangan program energi nuklirnya, apabila di Indonesia terdapat sepuluh saja orang yang seperti Ahmadinejad dipastika Indonesia akan maju dan setara dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.








Daftar Pustaka

Buku
- Hendrasah, amir dan pratiwi utami.2007.”Sebelas macan Asia musuh Amerika”.Galang Press group.
- Petras, James.”The Power of Israel In USA: Zionis Mencengkeram Amerika & Dunia”. Zahra Publishing House.
- “Pusat Penelitian Politik-Year Book”.Yayasan Obor Indonesia.

Internet
- http://indonesian.irib.ir/index.php/berita/berita/22207-solatanieh-iran-sambut-dokumen-akhir-konferensi-revisi-npt.html
- http://konspirasi.com/peristiwa/as-israel-beri-%E2%80%9Csentuhan-akhir%E2%80%9D-rencana-nuklir-iran/
- http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=7230
- http://erabaru.net/internasional/35-internasional/10696-barat-tak-punya-pilihan-selain-terima-nuklir-iran
- http://www.obrolanenergi.blogspot.com/

1 komentar:

Travelling Through Times mengatakan...

Nice article. Akan lebih baik jika pembahasan menyertakan elaborasi fakta untuk mendukung analisa kamu. Apa yang kamu maksud diplomasi yang cerdik? Apa ukurannya? Tidak ada kerangka teroi yang dijaduikan landasan analisa. Tulisan akademik tidak menggunakan bahasa popular.

10 Juni 2010 pukul 01.47

Posting Komentar