PEROMPAKAN KAPAL AS OLEH PEROMPAK SOMALIA

Rabu, 02 Juni 2010 04.02 By diplomasi senin 1245

PENGANTAR DIPLOMASI




NAMA : Rizky Auliansyah
NIM : 209000202
Prody: Hubungan Internasional






Gambaran Umum
Disini saya akan membahas tentang perompakan yang terjadi diatas sebuah kapal kargo (Maerks Line) milik Amerika Serikat yang dimana perompakan ini sendiri terjadi di daerah kepulauan Somalia dan yang lebih tepatnya terletak di teluk Aden. Karena perompakan ini, seorang Kapten kapal (Richard Phillips) milik Amerika tersebut dijadikan sandera oleh para perompak Somalia tersebut dan juga para perompak ini menyandera beberapa awak kapal tanker milik Amerika Serikat tersebut.Ini adalah pertma kalinya kapal milik Amerika Serikat dibajak didaerah Afrika dalam 2 abad terakhir.

Kejadian ini memaksa Amerika Serikat mengirimkan kapal perusak USS Bainbridge ke perairan Somalia. Bagi Amerika Serikat pembajakan kapal kargo ini aalah sebuah tamparan tersendiri sehingga membuat Amerika rikat menempatkan 5-10 kapal patrol di perairan Somalia bersama dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), 5 kapal patroli dan juga Uni Eropa (UE) mengirimkan 3 kapal bantuan yaitu kapal penjelajah.

Latar Belakang Masalah
Saya akan membahas mengapa para masyarakat Somlia atau penduduk Somalia menjadi para perompak. Somlia adalah sebuah Negara yang sangat miskin.mayoritas penduduknya bekerja sebagai seorang nelayan karena mereka menganggap hanya lautlah yang mereka dapat jadikan sebagai mata pencaharian karena daratan mereka yang tandus dan tidak dapat menghasilkan panen. Namun karena keterbatasan yang mereka miliki akhirnya mereka eralih profesi menjadi seorang perompak dan juga jalur perdagangan Internasional melewati perairan Somalia. Kapal Amerika Srikat ini bukanlah kapal pertama yang dibajak oleh para perompak Somalia, banyak kapalkapal milik Negara asing yang dibajak oleh para perompak Somlia tersebut. Setelah dibajak mereka meminta uang tebusan yang sangat besar kepada pemilik kapal atau kepada perusahaan pemilik kapal tersebut, dengan cara itulah para perompak dapat membeli senjata-senjata yang dipakai untuk merompak kapal-kapal besar milik Negara-negara asing tersebut. Omzet yang didapat oleh para perompak tersebut dapat mencapai $150 juta. Hukum di Negara Somalia ini lumpuh setelah terjadinya perang saudara yang terjadi pada tahun 1991. Setelah 6 bulan para kelompok-kelompok Islam mengusai daerah Selatan Somalia.

Hampir seluruh peristiwa perompakan terjadi di sekitar Teluk Aden dan Lepas Pantai Somalia. Teluk Aden berhubungan dengan lautan Hindia dan yang juga mempunyai link berupa Terusan Suez dan Laut Tengah ( Laut Mediterania ).Yang dimana setiap tahunnya dilewati sekitar hampir 20.000 kapal dagang dari berbagai Negara. Pada tahun 2008 saja sejak bulan Januari sudaha ada sekitar 88 kapal dagang Internasional yang diserang oleh para perompak. Para perompak itu sendiri hanya menggunakan kapal kecil cepat ( speedboat) dan melengkapi doro dengan senjata berupa Kalashinicov dan juga melengkapi dirinya dengan pelontar geranat ketika sedang beraksi.

Pembahasan I
NAIROBI – Bjak laut Somalia, Rabu (8 April 2009) dini hari, membajak kapal kargo Amerika Serikat (AS), Maersk Alabama (Maersk Line) dan menyandera kaptennya, Richard Phillips. Ini adalah pertama kalinya kapal AS di bajak di Afrika dalam 2 abad terakhir.

Kejadian ini memaksa AS mengirimkan kapal perusak USS Bainbridge ke perairan Somalia. Bagi AS pembaakan itu merupakan tamparan tersendiri yang menempatkan 5-10 kapal patrol di perairan Somalua bersama dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), 5 kapal ptroli Uni Eropa (UE) yng mengirimkan 3 kapal jelajah.


“Jarak terdekat kapal AS dengan Alabama ketika peristiwa itu terjadi adalah 300 mil lut. It berarti sebuah wilayah dengan luas lebih dari 1,1 juta mil persegi. Kita tidak bisa berada di semua tempat pada saat yang sama”. Kata juru bicara Armada Laut Kelima AS di Bahrain, Letnan Stephanie Murdock.

Sejak Kamis pagi, USS Bainbridge telah berada jauh dari loksi dibajaknya Alabama. Hingga saat ini mii utama USS Bainbridge adalah memantau proses negosiasi tanpa menutup kemungkinan peningkatan misi, termasuk pengerahan kekutan sjata. Sumber di AL mengatakan opsi terkhir harus dihindari demi keselamatan Phillips yang merelakan dirinya demi keselamatan anak buahnya.

Sumber ini juga mengatakan gingga saat ini sejauh ini pembajak belum menyatakan tuntutnny secara jelas. Sumber ini mngatakan bisa jadi pembajak menginginkan uang tebsan dan meminta semua kapan militer mundur demi kepentingan negosiasi. Pihak perusahaan mengatakan kappa berbobot 17ribu ton dengan 21 awak kapal itu tengah mengangkut bantuan pangan untuk Somalia dan Uganda. Kapal terebut dibajak ketika berada sekitar 500 kilometer dari lepas pantai Somalia.

Pembajakan ini merupakan yang ke 6 dalam minggu terakhir setalah kapal kargo Inggris, malaspina Castle dank e 24 ABK asal Bulgarian dibajak Senin (6 April 2009). Orang ketiga Maersk Alabama, Ken Quinn mengatakan pembajakan berlangsung sangat dramatis selama beberapa jm. Qinn mengatakan ABK berhasil merebut kapal ari para pembajak dan menahan seorang di antara mereka selama 12 jam.

“Sebelumnya kmi menjadikannya sandera untuk ditukar dengan kapten. Namun rencana itu tidak berjalan dengan mulus. Kami melepaskannya tetapi mereka tidak membebaskan kapten,” kata Quinn kepada stasiun televise CNN.
Dari Washington, Sekretaris Pers Gedung Putih, Robert Gibb mengatakan Presiden Barack Obama mengikuti perkembngan tersebut dengan cermat. Sementara Menteri Luar Negeri Hillary Clinton meminta masyarakat internasional bahu-membahu mengakhiri aksi pembajakan yan menakutkan di perairan Somalia.

Selama beberapa tahun terakhir ini, bajak laut Somalia merupakn yang paling ditakuti di dunia. Biro Maritim Internasional mengatakan setidaknya 14 kapal dari bernagai Negara dengan 260 ABK menjadi sandera mereka. Dalam sebagian besar asus, para pembajak meminta anf teusan hingga jutaan dolar. Yang paling terkenal dalam pembajakan super tanker milik perusahaan minyak Arab Saudi, Sirius Star, November 2008. Pemilik diyakini membayar 3 juta dolar AS dai tuntutan awal 25 juta dolar AS.

Pembahasan II
MOGADISHU – Angkatan Laut AS berhasil membebaskan seorang kapten kapal kargo yang tengah di sandera bajak laut di perairan Somalia, Senin (13/4/09) dini hari tadi. Dalam operasi pembebasa itu tiga perompak tewas ditembak.

Richard Phillips, kapten kapal kargo Maersk Alabama, bebas setelah disandera selama 5 hari. Dia memilih disandera olh para perompak sebagai syarat agar para kru kapal yang lainnya dibebaskan. Operasi penyelamatan Phillips itu mnegaskan sikap militer AS untuk tidak mau mnuruti keinginn par sandera, yaitu menuntut uang tebusan, eperti yang ereka lakukan kepada awak kapal negra-negara lain.

Panglima Pusat KOmando Oprasi Angkatan Laut AS, Laksamana Madya Bill Gortney, menyatakan bahwa operasi penelamatan itu bisa member pelajaran kepada rekan-rekan mereka untuk berpikir ulang sebelum menyerbu dan menyandera kapal-kapal asing.

Gortney menilai selama ini operasi penangkapan para bajak laut di perairan dekat Somalia, yang dalam tiga bulan terakhir berhasil mencokok 130 tersangka, rupany blum membuat mereka jera. Namun, Gortney mengakui bahwa operasi penyeamatan oleh pasukan khusus atas Phillips memiliki risiko tinggi. Para perompak dan sandera berada dalam sebuah kapal di malam hari. Nyawa Phillips berada diujung tanduk saat dia dalam keadaaan terikat mendapat todongan senapan AK-47 oleh penyandera tepat dibelakang kepala.

Melihat pemandangan itu, kapten kapal USS Bainbridge yang berada di dekat kapal Maersk Alabama segera memerintahkan para penembak jitu Nvy Seal untuk beraksi. “komandan di lapangan melihat senapan sudah diarahkan ke sandera dan sewaktu-waktu siap ditembakkan. Menurt saya situasi itu sudah dalam keadaan mendesak.”kata Gortney.

Tiga penyadera tewas seketika dan seorang lainnya berhasil dilumpuhkan tanpa perlawanan. Gortney mengunkapkan bahwa pihak angkatan laut AS sudah memperngatkan semua kapal kargo yang meintas diperairan dekat Somalia untu tetap berada di laut dalam dan jangan mendekat ke lepas pantai. Itu karena para bajak laut dengan kapal speed boat bisa beraksi kapan saja denan bermodalkan senapan api, granat, dan bazooka.

Sementara itu para perompak Somalia bersumpah akan membalas denam atas kematian 3 rekan mereka yang ditembak pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), Navy Seal. “Setiap Negara akan mendapatkan perlakuan sama seperti mereka memperlakukan kami,”kata Abdullah Lami, pemimpin pembajak yang menguasai kapal Yunani di markas bajak laut di Gaan, Somalia.

Dihubungi Associated Press melalui telepon, Lami mengatakan di masa mendatang AS aka menderita akibat penembakan 3 rekannya. Lamu tidak menjelaskn bagaimana mreka akan membalas dendam namun dunia mengkhawatirkan keselamatan sandera-sandera para perompak di sejumlah kapal lain.

Saat ini, para bajak laut menahan lebih dari 10 kapal asing di semenanjung Afrika. Mereka menyandera sekitar 230 pelaut dari seantero dunia, mulai dari Rusia hingga Filipina.Jamac Habeb, bajak laut berusia 30 than mengatakan kematian 3 temannya sangat menyakitkan. Habeb mengatakan mulai saat ini, AS adalah musuh utama perompak Somalia. “sejak saat ini, jika kami menahan kapal asing lalu Negara pemilik kapal berusaha menyerang kami, kami akan membunuhi para sandera,” kata Habeb.

Perompakan di pantai Somalia menadi ancaman terhadap kapal internasional sejak dimulainya Perang Saudara Somalia awal tahun 1990-an. Sejak tahun 2005, banyak organisasi internasional, termasuk Internasional Maritime Organization dan World Food Programme, menyatakan perihatinan terhadap meningkatnya aksi perompakan. Perompakan menyebabkan meningkatnya harga perkapalan dan mengganggu pengiriman makann 90% persediaan World Food Programme tiba melalui laut, dan kapal tersebut memerlukan penyertaan militer.

Menurut mentri luar negeri Kenya, bajak laut Somalia telah menerima lebih dari US $ 150 juta inransom selama 12 bulan sebelum bulan November 2008. Bentroka teah diaporkan di antara para pejuang Islam Somala (yang bertentangan dengan Pemerintah Transisi Federal (TFG) dan para perompak. Pada bulan Agustus 2008, Gabungan Task Force 150, pasukan koalisi multinasional tugas, mengambil peran melawan pembajakan Somaila degan membentuk Patroli Keamanan Laut Daerah (MSPA) di teluk Aden. Peningkatan ancaman yang ditimbulkan oleh pembajakan juga menyebabkan kekhawatiran di India karenan kebanyakan dari rute perdagangan pelayaran melewati teluk Aden. Angkatan Laut India menanggapi masalah ini dega mengerahkan kapal perang di wilayah tersebut pada tanggal 23 Oktober 2008. Pada bulan September , Russia mengumumkan bahwa mereka akan terlalu cepat bergabung dengan upaya upaya Internasional untuk memerangi pembajakan.

Pada tanggal 5 Oktober 2008, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi 1838 menyerukan negara-negara dengan kapal di daerah tersebut untuk menerapkan kekuatan militer untuk menekan tindakan pembajakan. Pada dewan 101 dari Organisasi Maritim Internasional, India disebut untuk angkatan penjaga perdamaian PBB di bawah komando bersatu untuk mengatasi pembajakan lepas pantai Somalia. (Telah ada embargo senjata umum dan lengkap terhadap Somalia sejak tahun 1992.)

Pada bulan November 2008, bajak laut Somalia memulai pembajakan kapal di luar Teluk Aden, mungkin penargetan kapal menuju pelabuhan Mombasa, Kenya. Frekuensi dan kecanggihan dari serangan juga meningkat sekitar waktu ini, seperti juga ukuran kapal yang menjadi sasaran. Kapal kargo besar, minyak dan tanker kimia pada pelayaran internasional menjadi target baru pilihan bagi para pembajak Somalia. Hal ini kontras dengan serangan bajak laut yang dulu sering terjadi di Selat Malaka, jalur air lain yang strategis yang penting untuk perdagangan internasional, yang menurut pakar keamanan laut Zara Catherine Raymond, biasanya ditujukan kepada "yang lebih kecil, lebih rentan membawa kapal perdagangan antar Selat atau digunakan dalam perdagangan pesisir di kedua sisi Selat. "


Pada bulan April 2010, Central Intelligence Agency (CIA) menyinggug aksi rahasia dan terbuka mngenai kemungkinan melawan bajak laut. Pejabat CIA telah membuka peringatan potensi ancaman ini seama berbuln-bulan. Dalam sebuah artikel majalah Harpers, seorang pejabat CIA mengatakan, “Kamu harus menagani masalah ini dari sisi pantai, di konser dengan sisi laut, tetapi kami tidak memiliki kdutaan besar di Somalia dan tebatas, operasi intilijen tidak efektif. Kita perlu untuk bekerja di Somalia dan di Libanon, dimana banyak uang tebusan telah berpindah tangan. Tapi operasi kamu d Libanon adalah lelucon, dan kita tidak hadir sama sekali di Somalia”

1 komentar:

Travelling Through Times mengatakan...

Sangat minim analisa. Hati-hati Anda tidak mencantumkan referensi dalam tulisan akademis. Hampir 90% context Anda adalah copy paste. Ini dapat dikategorikan plagiatarism. Tdak ditemukan kerangka teori yang dapat dijadikan landasan analisa. Kamu tidak membahas dinamika diplomasi hanya informasi tentang kegiatan pembajakan.

10 Juni 2010 pukul 01.55

Posting Komentar