Pentingnya Instrumen Diplomasi Amerika dalam Penyelesaian Nuklir Rusia di Kuba

Selasa, 01 Juni 2010 00.33 By diplomasi senin 1245

Kartika Indah Aldriana

208000194

Pendahuluan

Setelah perang dunia ke-2 lahirlah dua Negara superpower yang sangat mempengaruhi dunia percaturan politik secara global. Amerika dengan liberal kapitalisnya dan Uni Soviet dengan komunisnya menjadi perdebatan panas untuk berlomba-lomba agar bisa menguasai dunia secara menyeluruh. Perang yang dilakukan antar kedua belah pihak ini bukanlah perang secara terbuka dengan menggunakan ribuan pasukan yang diterjunkan ke medan tempur melainkan perang dengan menggunakan beberapa instrument politik luar negeri yang berdampak kepada Negara-negara yang baru saja merdeka pada saat itu. Propaganda, itelijen, diplomasi, dan ekonomi yang menjadi instrument penting saat itu dalam rangka berlomba-lomba memenangkan perang dingin tersebut. Istilah perang dingin itu tercipta karena peperangan ini terjadi tanpa adanya kontak senjata langsung dari pihak Amerika ataupun Uni Soviet. Akan tetapi dengan menggunakan Negara-negara yang bisa dikatakan beru saja merdeka untuk terjun langsung dengan cara melakukan propaganda dalam berbagai bentuknya.
Permasalahan ideology ini ternyata membawa dampak yang cukup besar bagi Negara-negara yang baru merdeka tersebut. Negara-negara yang baru saja merdeka ini sanggup berperang demi sebatas ideology yang dianut, yang dipilih, dan yang di agung-agungkan itu. Jelas kalau Negara-negara yang baru saja merdeka ini telah termakan oleh propaganda-propaganda dari kedua Negara adidaya yang tengah berperang itu. Hebatnya, Negara-negara yang baru saja merdeka ini berani untuk mengorbankan jiwa dan ragannya untuk kepentingan ideology dari Negara-negara adidaya tersebut.
Propaganda yang dilakukan oleh kedua Negara yang sedang berperang tersebut semakin berhasil terlebih dengan kemajuan teknologi yang dimiliki oelh kedua Negara tersebut. Jelas kalaulah teknologi bukan hal yang murah saat itu. Dan keunggulan teknologi dari masing-masing Negara tersebut sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan propaganda yang dihitung dari banyaknya jumlah pengikut terhadap salah satu ideology itu.
Perlombaan teknolgi itu juga yang membuat perubahan-perubahan dalam dunia perpolitikan secara global. Dari mulai perlombaan pembuatan nuklir, pesawat terhebat, senjata tercanggih, hingga satelit yang menurut saya pada waktu itu adalah sebuah benda yang sangat di elu-elukan oleh semua orang demi menancapkan pengaruhnya hingga ke atas langit. Dengan adanya satelit-satelit itu sangat mempermudah Negara-negara yang berperang itu untuk mendapatkan sejumlah informasi dengan cepat dan akurat. Namun dibalik kecanggihan dari satelit itu juga terdapat serangkaian peristiwa yang menyebabkan semakin panasnya perang dingin itu. Semakin mudah seseorang untuk mendapatkan informasi, maka semakin tangkaslah dia dalam mengatur strategi untuk memberikan pengaruhnya di dunia politik secara global. Dengan pesawat tercanggih kah, atau satelitkah, atau apapin itu yang membuat seseorang mampu mengakses kemana saja dan mendapatkan segenggam informasi maka orang tersebut akan menjadi pengaruh yang cukup besar bagi orang lain. Itulah analogi yang saya gambarkan untuk perang dingin ini. Ketakutan sebuah Negara atau individu dalam perlombaan informasi itulah yang semakin memicu bukan hanya dua Negara adidaya (Amerika dan Soviet) melainkan seluruh Negara dan individu yang ada di dunia. Maka, informasi mampu menjadikan sebuah Negara atau individu tersebut sangat berpengaruh dari yang lainnya.
Berbicara mengenai informasi itu juga kita tidak luput dari keakuratannya, dan seberapa cepatkah informasi itu bisa dimiliki. Dari situlah kualitas informasi dapat dinilai sangat penting bagi perkembangan zaman pada saat perang dingin. Dan teknologi adalah satu-satunya alat yang mampu mengendalikan seberapa berkualitasnya informasi tersebut dan seberapa mudahnya untuk mendapatkan informasi itu. Kombinasi dari kedua hal itu membuat semakin mendarahnya kebutuhan manusia akan informasi dan teknologi itu sendiri. Maka dua kombinasi itu adalah hal yang sangat mematikan bagi perang dingin.
Dalam tulisan saya, saya akan membicarakan mengenai peristiwa instalasi nuklir di cuba dengan mencoba menganalisisnya lebih mendalam mengenai apa yang terjadi pada saat Soviet melakukan instalasi nuklir di cuba dan kenapa Amerika begitu merespon tindakan tersebut serta bagaimana Amerika mampu menegosiasikan hal tersebut yang sangat berkaitan dengan kemanan nasional dan kedaulatan Negara cuba itu sendiri.

Cuba adalah salah satu Negara yang menganut ideology komunis yang diambil berdasarkan masyarakat Cuba yang terinspirasi dengan perjuangan kelas di Uni Soviet. Pada tahun 1959, Cuba melakukan revolusi yang dipimpin oleh Fidel Castro dengan menggulingkan diktetor Cuba bernama Fulgencio Batista dan Castro ingin mendirikan Negara komunis . 1
Hal ini jelas saja mendapat respon dari Amerika dengan liberal kapitalisnya yang sangat anti terhadap komunis. Dan jelas saja Amerika merasa sangat terpukul dengan munculnya sebuah Negara Komunis yang berada sangat dekat dengan Amerika. Di samping itu Amerika mempunyai pengaruh ekonomi yang sangat besar bagi Cuba. Dan banyak sekali perusahaan-perusahaan Amerika dalam upaya membangun pertumbuhan ekonomi Cuba untuk kemakmuran rakyat Cuba. Namun semenjak Fidel Castro menjadi pemimpin Negara dan menjadi Cuba sebagai Negara komunis maka banyak perusahaan-perusahaan Amerika tersebut yang di nasionalisasikan oleh Castro untuk kemudian menjadi milik Cuba sepenuhnya. Awalnya, Amerika melakukan embargo ekonomi terhadap Cuba pada tahun 1960, dalam upaya percobaan penggertakan terhadap kepemimpinan Castro di Cuba. Namun hal itu tidak diperdulikan oleh Castro karena Castro tidak mau memiliki ketergantungan dalam bidang apapun dengan Amerika. Dan sejak saat itulah Castro mulai mendekatkan diri terhadap pemerintahan komunis yaitu Uni Soviet.

Fidel Castro yang sedang berjabat tangan dengan Nikita Kruschev pada pertemuan United Nations General Assembly di New York pada tahun 1960 .

Pada tahun 1960, Soviet mulai merencanakan program penyuplaian rudal-rudal berisikan bermuatan nuklir ke Cuba dengan pertimbangan bahwa Cuba bisa dijadikan sebagai ancaman besar bagi Amerika. Dan Soviet mengira kalau Amerika tidak akan memberikan reaksi terhadap menyuplaian rudal nuklir tersebut. Dan pada 1962, penyuplaian rudal-rudal nuklir tersebut dimulai sekaligus instalasi pengaktifan rudal-rudal tersebut. Awalnya Amerika memang tidak memberikan reaksi apapun terhadap penyuplaian rudal-rudal tersebut. Amerika berasumsi kalau rudal-rudal tersebut adlaah sebagai bentuk bantuan persenjataan dalam rangka meningkatkan pertahanan militer di Cuba sebagai Negara yang baru saja melakukan revolusi dan rudal-rudal tersebut hanyalah rudal-rudal yang bersifat defensive bukan offensive. Akan tetapi isu-isu yang berkembang mulai berubah seiring dengan kekhawatiran Amerika itu sendiri mengenai penyuplaian rudal-rudal yang ditakutkan bermuatan nuklir tersebut dan rudal-rudal tersebut bersifat offensice. Jika memang benar demikian maka keamanan nasional Amerika akan sangat terancam dan jelas Amerika akan dengan sendirinya terkalahkan pengaruhnya oleh pemerintahan komunis. Kemudian pada tanggal 14 oktober 1962 pesawat terbang mata-mata milik Amerika mencoba mencari informasi tentang kebenaran keberadaan rudal-rudal yang bemuatan nuklir tersebut. Pada tanggal 16 oktober 1962, badan inteligen resmi Amerika melaporkan bahwa terdapat instalasi nuklir yang sedang dilakukan di Cuba. Foto-foto yang didapat oleh pesawat mata-mata Amerika menunjukkan bahwa terdapat dua jenis rudal yang bermuatan nuklir yang sedang dipersiapkan di Cuba. Medium-range ballistic missile (MRBM) yang mampu meluncur sejauh 2000 km, dan Intermediate-range ballistic missile yang mampu meluncur sejauh 4100 km dan keduanya mampu membawa hulu ledak bermuatan nuklir dengan daya ledak 3 mega ton .2


Mengetahui keberadaan rudal-rudal bermuatan nuklir ini membuat presiden Amerika J. F. Kennedy sangat bingung dalam mengambil keputusan mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Karena sudah jelas, kalau hal ini sangat mengancam keamanan nasional Amerika. Jika saja rudal-rudal ini diluncurkan maka kota-kota seperti Los Angeles, Chicago, dan New York akan rata dengan tanah dan Amerika pun tiada. Dengan demikian pembuktian mengenai rudal-rudal tersebut telah berujung kepada pengambilan keputusan J. F. Kennedy yang sangat genting ini mengingat terjadinya perang dunia berikutnya yang akan lebih diperhebat dengan senjata nuklir.

Dan Kennedy pun, menghadapi masa-masa sulit dengan dihadapi berbagai pilihan yang tidak pasti mengenai apa yang harus dilakukan untuk melawan Cuba dan Soviet. Jika harus menunggu hingga nuklir tersebut siap, maka akan berkemungkinan terjadinya perang nuklir secara global. Akan tetapi jika Amerika ingin bertindak cepat untuk menyingkirkan rudal-rudal tersebut dari Cuba, maka Amerika akan berurusan langsung dengan Soviet. Terlebih disana bukan hanya rudal melainkan terdapat ribuan pasukan Soviet yang membantu Cuba dalam upaya instalasi nuklir tersebut. Jika Amerika menyingkirkan rudal-rudal tersebut secara paksa (dengan jalan perang dengan Cuba) maka keberadaan pasukan Soviet di Cuba akan terancam, dan jika sampai pasukan Soviet mati dikarenakan penyerangan Amerika terhadap Cuba, maka Soviet mempunyai alasan yang sangat jelas kepada dunia Internasional untuk menyerang kembali Amerika dengan alasan solidaritas kematian pasukan Soviet tersebut. Dan hal itu sama saja memicu terjadinya perang dunia ke-3 yang memungkinkan juga untuk terjadinya perang nuklir secara dlobal. Dan hal ini sangat teramat krusial mengingat waktu instalasi yang cukup pendek dengan pengambilan keputusan yang harus dilakukan secepatnya oleh J. F. Kennedy. Sedikit kesalahan saja, akan membawa dampak yang sangat besar bagi dunia internasional. Karena itu presiden J. F. Kennedy harus mempertimbangkan keputusannya dengan benar-benar matang.
Jadi langkah konkret apa yang harus dilakukan oleh Kennedy dalam mengambil keputusan mengenai instalasi nuklir di Cuba ?

Intelligen Sebagai Instrumen Politik Luar Negeri
Keberadaan intelligen tidak daapt diragukan lagi mengingat pentingnya sumber informasi yang tepat dan akurat serta cepat. Karena hal itulah yang menjadikan keberhasilan sebuah Negara dalam upaya melancarkan diplomasinya terhadap Negara-negara yang menginginkan sebuah hubungan diplomatic. Informasi tersebut haruslah didapat sesegera mungkin dan seakurat mungkin untuk membuktikan pengaruh dari sebuah Negara dan lebih melebarkan pengaruhnya lagi dikemudian hari. Tanpa adanya intelligen ini, maka arus informasi yang didapat bisa saja terhambat dan mungkin akan sangat memperburuk situasi seperti peristiwa besar ini. Peranan intelligen dalam membantu upaya Amerika untuk menjauhkan ancaman keamanan nasional sangatlah besar. Intelligen berfungsi sebagai penyalur informasi tercepat dan terakurat terhadap pemerintahan Amerika. Dalam kasus seperti Cuban Missile Crisis ini peranan Intelligen sangat di nomor satukan dan Intelligen ini juga membantu mempermudah upaya diplomasi terhadap dunia internasional dengan berbagai informasi yang didapatnya. Dari awal hingga akhir penyelesaian konflik ini, Intelligen memainkan peranan yang sangat penting. Dengan teknologi canggih yang dimiliki dan kecepatan dalam mengambil informasi sangat membantu dalam menyelesaikan konflik ini.
Diawal terjadinya konflik ini, Amerika memberikan reaksinya terhadap instalasi nuklir yang dilakukan Soviet di Cuba. Jika kita melihat di awal konflik tadi, maka informasi yang di terima oleh presiden Amerika itu berasal dari Intelligen yang mengambil sejumlah informasi penting berupa foto-foto langsung terhadap rudal-rudal tersebut. Dan pihak intelligen juga memberikan penjelasannya terhadap rudal-rudal tersebut. Jika saja pihak intelligen ini tidak ada, maka sumber informasi pun akan berjalan lambat atau mungkin Amerika tidak akan mengetahui leberadaan rudal-rudal dan kepastian akan instalasi nuklir tersebut.
Dengan adanya intelligen ini juga yang nantinya akan membantu dalam penyelesaian konflik ini di meja perundingan dengan pihak internasional yang akan memutuskan apakah Amerika bisa menyingkirkan instalasi nuklir tersebut atau kah Soviet yang berhasil menyelesaikan instalasi tersebut. Jadi, Intelligen ini sangat berfungsi sebagai penentu keberhasilan diplomasi yang dilakukan oleh Amerika terhadap pihak internasional.

Diplomasi Sebagai Ujung Tombak dalam Penyelesaian Konflik
Semenjak Amerika mengetahui keberadaan rudal-rudal bermuatan nuklir yang sedang dipersiapkan Soviet di Cuba, Amerika merasa sangat terancam keamanan nasionalnya karena secara geografis Cuba merupakan Negara yang sangat berdekatan dengan Amerika dan rudal-rudal yang sedang dipersiapkan itu mampu menghancurkan semua Negara bagian terdekat Amerika dengan Cuba apabila sudah di aktifkan. Dan untuk itu hal yang pertama kali dilakukan oleh presiden Amerika adalah menggunakan instrument diplomasi dalam upaya meredam konflik tersebut.
Awalnya Amerika langsung meminta menteri luar negeri Uni Soviet untuk dating ke Amerika dan menjelaskan mengenai kebenaran rudal-rudal tersebut, untuk apa rudal tersebut, dan apa sifat dari rudal-rudal tersebut. Lalu negosiasipun berlangung sangat sebentar dikarenakan menteri luar negeri Uni Soviet menjelaskannya dengan sangat simple dan jelas kalau menteri luar negeri Uni Soviet berbohong pada presiden Amerika. Menteri luar negeri Uni Soviet menegaskan kepada presiden J. F. Kennedy kalau rudal-rudal tersebut adalah hadiah dari Soviet terhadap Cuba yang baru saja melakukan revolusi. Untuk membantu Cuba dalam membangun pertahanan nasionalnya maka Soviet memberikan bantuan tersebut dan menteri luar negeri Soviet juga menjelaskan kalau rudal-rudal tersebut bersifat defensive. Mendengar hal ini presiden J. F. Kennedy tidak begitu saja percaya. Karena dia yakin, apa yang dilihat dan dijelaskan melalui foto-foto yang berasal dari Intelligen tersebut adalah benar, bahwa rudal tersebut sengaja di taruh di cuba untuk mengancam keamanan nasional Amerika dan Rudal tersebut bersifat offensive. Untuk itu diplomasi yang dilakukan oleh presiden Amerika dan menteri luar negeri bisa dibilang gagal. Karena negosiasi yang dilakukan kedua belah pihak belum menghasilkan sebuah solusi pasti. Terlebih salah satu pihak menutup-nutupi kebenarannya. Hal ini sangat membuat presiden Amerika sangat kesal namun J. F. Kennedy tetap harus bersabar dan berfikir secara jernih agar tetap bisa melakukan diplomacy tanpa harus adanya peperangan.
Kemudian setelah kegagalan dari negosiasi yang dilakukan oleh presiden Amerika dan menteri luar negeri Uni Soviet, maka J. F. Kennedy berfikir kalau negosiasi yang dilakukan dan di usahakan secara terus menerus tidaklah membuat instalasi tersebut berhenti dan terlihat seperti membuang-buang waktu saja. Disamping keinginan J. F. Kennedy untuk terus bernegosiasi dengan pihak Uni Soviet, sebagian pejabat-pejabat pemerintahan menginginkan tindak lanjut yang menghasilkan langkah konkret. Dan satu-satunya langkah konkret yang mereka pikirkan saat itu hanyalah perang. Pengeboman langsung lewat udara terhadap instalasi nuklir tersebut atau invasi Cuba untuk menggagalkan instalasi nuklir tersebut sekaligus menggulingkan pemerintahan komunis Fidel Castro. Hal ini menjadikan presiden Amerika semakin sulit untuk menentukan pilihan. Jika harus melakukan pengeboman lewat udara ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh Amerika. Yang pertama, belum tentu dengan pengeboman lewat udara, mampu menghancurkan semua rudal-rudal tersebut. Jika rudal-rudal tersebut tidak hancur secara menyeluruh maka rudal-rudal tersebut bisa diluncurkan kapan saja. Kedua, jika melakukan pengeboman lewat udara, bisa saja bom tersebut menewaskan beberapa pasukan Uni Soviet yang berada di Cuba. Dan hal itu sama saja mengizinkan Soviet untuk menyerang Amerika dengan alasan solidaritas kematian pasukan Soviet yang di bom oleh Amerika. Pengambilan keputusan secara cepat dan penting ini sangatlah susah untuk ditentukan begitu saja tanpa adanya perundingan-perundingan terlebih dahulu. Dan hal itu belum tentu juga menghasilkan sebuah solusi yang pasti untuk mengakhiri konflik ini.
Dengan beberapa perundingan yang dilakukan oleh pemerintahan Amerika, maka tercetuslah ide blockade perairan internasional Cuba untuk menghentikan penyuplaian rudal-rudal tersebut dari Soviet. Hal ini sangat disetujui oleh presiden karena dinilai mampu untuk menghambat instalasi nuklir dan memberikan sedikit banyak waktu lagi untuk melakukan negosiasi terhadap pihak Uni Soviet.

Blockade, Sebagai Bentuk Komunikasi Politik Antara Amerika dengan Soviet
Upaya untuk memblockade perairan internasional Cuba ini sangat disetujui oleh presiden karena presiden melihat adanya peluang untuk lebih memberikan waktu walaupun sedikit untuk bisa menegosiasikan lebih lanjut mengenai instalasi nuklir tersebut. Dan diplomasi yang dilakukan oleh Amerika tidak hanya dilakukan semata-mata dengan pihak Soviet malainkan terhadap dunia internasional yang turut mengupayakan perdamaian terjadi. Namun hal ini membutuhkan waktu untuk mempersiapkan sebuah konferensi dan membutuhkan informasi yang jelas agar dunia dapat menekan Soviet untuk memulangkan rudal-rudal tersebut dari Cuba. Dan ternyata ide blockade perairan internasional Cuba ini cukup memberikan waktu untuk mempersiapkan konferensi, dan menegosiasikan kepada dunia internasional untuk menekan Soviet memulangkan rudal-rudalnya dari Cuba.
Ide Blockade ini bukan hanya sembarang ide yang tercetus dari mulut dan semata-mata merupakan penghambatan penyuplaian rudal-rudal dari Soviet ke Cuba. Namun, blockade ini juga merupakan salah satu bentuk dari komunikasi politik yang dilakukan presiden J. F. Kennedy terhadap pihak Soviet. Dari blockade tersebut dapat dilihat bagaimana keinginan negosiasi Soviet sangat dipaksakan. J. F. Kennedy berupaya keras melalui blockade yang dilakukan untuk membawa Soviet kedalam negosiasi secara tatap muka. Bentuk pemaksaan ini bukan semata-mata Amerika ingin memperlakukan Soviet secara kasar melainkan hanya untuk memaksa Soviet untuk terjun kedalam arena Diplomasi. Karena Amerika yakin dengan Diplomasi semuanya akan berlangsung aman tanpa harus terjadinya perang. Dan Amerika yakin, jika Soviet berhasil dibawa kedalam sebuah negosiasi maka Amerika akan memenangkan pertarungan tersebut. Sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan lagi mengenai perang nuklir yang akan terjadi. Akan tetapi, komunikasi politik seperti ini sangatlah mudah untuk melenceng menjadi sebuah kesalahpahaman penafsiran. Sedikit saja kesalahan yang dilakukan oleh para angkatan lau yang sedang memblockade tersebut maka mungkin saja terjadi perang. Karena hal seperti ini sangat sulit untuk ditafsirkan terlebih bahasa yang digunakan bukanlah bahasa secara verbal atau komunikasi secara langsung anta J. F. Kennedy kepada Nikita Kruschev malainkan bahasa secara nonverbal yang hanya mampu bagi orang yang mengerti saja. Orang yang mengerti saja belum tentu mampu menafsirkan sesuai dengan tafsiran Amerika, bisa saja berbeda. Maka hal ini sangatlah krusial dan angkatan lau Amerika sangatlah berhati-hati dalam upaya blockade tersebut.

Win Win Solution
Upaya komunikasi yang berjalan sedikit a lot tersebut ternyata sedikit membuahkan hasil. Dengan memperlambat kinerja instalasi nuklir tersebut ternya mampu menyeret Soivet kedalam meja perundingan dengan pihak internasional. Perundingan tersebut juga kurang mempengaruhi Soviet untuk menarik mundur rudal-rudal tersebut dari Cuba.
Selama perundingan dengan pihak internasional, Amerika berhasil mempengaruhi dan meyakinkan kepada pihak internasional bahwa Soviet telah melakukan instalasi nuklir di Cuba secara diam-diam dan hal itu sangat mengancam keamanan nasional Amerika. Terlebih dengan rudal-rudal yang di persiapkan itu bersifat offensive. Dengan bukti foto-foto beserta penjelasannya yang berikan intelligen Amerika membuat Amerika mampu memenangkan negosiasi dengan pihak internasional untuk menekan Soviet agar menarik mundur rudal-rudal tersebut dari Cuba. Namun hal tersebut tetap saja belum mengubah pemikiran pemerintahan komunis tersebut. Karena menurutnya, tidak ada penawaran yang setimpal apabila rudal-rudal tersebut harus dipulangkan dan Soviet pun tidak mau menerima kekalahan dengan tangan kosong. Setiap negosiasi haruslah mempunyai keuntungan yang seimbang antara kedua belah pihak. Untuk itu sangat sulit sekali untuk mempertimbangan tawaran seperti apa yang bisa membuat pihak Soviet bisa mencabut rudal-rudal itu dari Cuba.
Akhirnya solusi terakhir, Amerika menawarkan pertukaran yang menurut Soviet pertukaran tersebut adalah sebuah tawaran yang setimpal jika memang rudal-rudal yang ada di Cuba harus di pulangkan kembali ke Soviet.
Amerika menawarkan pertukaran antara pangkalan nuklir Amerika di Turki dengan pencabutan rudal-rudal bermuatan nuklir Soviet di Cuba. Hal ini sangat menarik mengingat waktu yang dimiliki tinggal sedikit sekali namun akhirnya solusi antar pihak-pihak yang merasa terancam tersebut menemukan sebuah pertukaran yang dianggapnya cukup adil.

Penutup
Akhirnya peristiwa yang hampir saja menimbulkan perang dunia ke-3 ini mampu dihentikan dengan hasil akhir yang sama-sama menguntungkan menurut kedua pihak tersebut. Jika saja presiden J. F. Kennedy salah dalam mengambil keputusan, maka dunia ini akan berada pada ambang kehancuran.
Peristiwa instalasi nuklir Soviet di Cuba ini adalah sebuah peristiwa yang dianggap sebagai peristiwa yang benar-benar hampir membuat dunia ini berada para perang nuklir secara global. Bagaimana tidak, keputusan yang harus dipilih oleh presiden Amerika sangatlah mendekati jurang kehancuran peperangan nuklir dunia. Tidak ada waktu untuk mendiskusikan terlalu lama. Karena pihak Soviet pun tidak menginginkan adanya sebuah negosiasi kepada pihak Amerika. Dengan jebakan-jebakan yang dilakukan oleh Soviet kepada Amerika menandakan kalau Soviet bisa saja memang sengaja untuk memicu peperangan dengan Amerika.


Kesimpulan
Berdasarkan tulisan diatas, saya mengira bahwa Diplomasi sangatlah penting bagi setiap Negara dalam menegosiasikan kepentingannya terhadap Negara lain. Dan instrument diplomasi ini menjadi sangat penting dan sering digunakan bagi semua Negara-negara di dunia setelah perang dunia ke-2. Tidak ada Negara yang menginginkan adanya perang dimanapun. Untuk itu peranan diplomasi sangat menentukan terjadinya peperangan atau tidak.
Disamping hal itu, saya melihat bahwa memang adanya sebuah kegigihan untuk mempertahankan perdamaian melalui soft power yang dilakukan oleh Presiden Amerika. Sbenarnya bisa saja jika presiden JFK menginginkan terjadinya peperangan. Namun sebagai pemimpin Negara, JFK juga harus mempertimbangkan dampak apa saja yang akan terjadi jika memang harus dilakukan peperangan. Dan tidak mungkin juga ketika itu JFK mendeklarasikan perang dengan Soviet. Karena, saya melihat kalau Amerika ini sebenarnya memang sedikit takut dengan Soviet yang mempunyai senjata-senjata canggih dan oleh karena itulah Amerika lebih memilih jalan diplomasi ketimbang perang dengan Soviet.

1 Micrisoft Encarta Premium. Article : Cuban Missile Crisis.
2 ibid

1 komentar:

Travelling Through Times mengatakan...

Referensi minim? Tidak ada referesni dalam pembahasan? Anyway, It';s nice article. Great jobs!

10 Juni 2010 pukul 02.04

Posting Komentar